Kamis, 30 Juni 2011

Dimana....?

pagi...
dimana kau sembunyikan mentariku?
mengapa kau tak datangkan dia untukku?
mengapa kau diam?

kabut...
dimana kau sembunyikan mentariku?
mengapa kau tak datangkan dia untukku?
kau selalu saja hadir dengan surammu
bosan aku melihat itu.....

dingin....
dimana kau sembunyikan mentariku?
mengapa kau tak datangkan dia untukku?
mengapa kau membisu?

langit...
dimana kau sembunyikan mentariku?
mengapa kau tak datangkan dia untukku?
mengapa kau menangis?

al-asy', 26042011

Hinaku di Dinding Rumah-Mu

entah bagaimana aku mengatakan ini...
ketika hati ini merasakan ada getaran-
dalam dinding-dinding Ilahiaah-Mu
aku terpuruk di bawah kehinaan;


hina yang teramat hina....
aku terantuk ketika nurani berkata
ketika nafsu bercokol mengusai raga dengan segala fatamorgananya
entah bagaimana aku mengatakan ini....
adakalanya hati berjalan di atas semua kendali

tetapi....
tak jarang nafsu berulang-ulang mengambil kekuasaan...
dan hati....
hati selalu terkalahkan oleh nafsu......
entah bagaimana aku mengatakan ini......
ada petuah yang mengatakan
"jagalah hati jangan kau nodai
jagalah hati cahaya ilahi"
aku beranggapan bukan hati yang harus dijaga
tetapi hati harus melawan...
hati harus melawan.....
harus melawan......
entah bagaimana aku mengatakan ini....
kau bertanya mengapa hati harus melawan...?
tanyalah pada tubuhmu yang dikuasai nafsu...
pada hati yang dikalahkannya...
hati harus melawan....
"lawanlah nafsu jangan kau turuti
lawanlah nafsu musuh dari nurani"

al-asy', 26042011

Dalam Firman-Nya

jarak pandang yang pendek membuatku bingung
padahal aku tinggal membuka mata untuk menjamah tubuhmu
tinggal ku belai setiap tubuh yang mulus itu
tinggal ku selami dalamnya dirimu untuk ku miliki
oooh... terasa indah saat ku membayangkan itu...
perlahan ku dekati kau dengan sikapku yang penasaran
ku belai mulai dari atas ke bawah perlahan...
ku buka bajumu..
saat itu ku paksakan nurani dan otakku tuk berani membelai
bercumbu ria dengan semua nafsuku untuk mendapatkanmu
untuk menguras habis apa yang telah diberi oleh-Nya...

dalam firman-Nya
ku paksa kau untuk ku masuki
kau terlalu sulit untuk ku miliki...
semua butuh proses...
perlembar ku baca kau...
ku pahami...
ku resapi...
begitu luas apa-apa yang terkandung dalam dirimu
tak sampai otakku menggapainya...

gedung baru, 24042011

Rabu, 22 Juni 2011

Matahari Yang Telah Hilang




Baru saja malam menepi menanti sang mentari, menanti kehangatan datang memberi pancaran cahaya kehidupan. Tapi, tuhan tak berpihak pada sang malam. Pagi yang cerah dinanti malam, tersatir awan mendung hitam karena langit baru saja menangis, kabut pagi pun menari di sela-sela intipan matahari yang bersinar sedikit malu-malu. Embun pagi dan bekas tetesan hujan masih melekat pada daun-daun hijau yang tampak basah.

Di pojok sana baru saja daun talas meneteskan air di atas kolam, membuat gelombang yang terus membesar dari sebuah titik kecil. Nyanyian burung terdengar merdu pagi ini, walau sedikit sedih tapi tetap terdengar merdu di antara kabut-kabut putih.

Di tengah teras sebuah gubuk yang berada di seberang langgar kecil, terduduk seorang pria di atas kursi. Matanya menatap ke arah jendela rumah berkorden biru yang menyimpan jutaan kenangan. Dalam hatinya selalu berharap akan ada orang yang membukanya tapi itu tak pernah terbuka. Tujuh tahun sudah hari-hari ia jalani dengan sendiri, setiap pagi menanti mentari sambil menatap jendela berkorden biru di seberang.

“Huffft……”, desahnya perlahan sambil mengeluarkan kepulan asap rokok. Ditemani secangkir kopi.

“Mengapa jendela itu masih tertutup ? Tak seorangpun yang membuka untuk menepis semua kerinduanku. Sampai kapan aku kan menunggu itu terbuka ?... huft….”, disruputnya kopi yang masih mengeluarkan kepulan asap panas di atas meja.

Di pagi dengan dinginnya terlintas bayangan indah saat dirinya melihat jendela biru seberang. Berawal dari sebuah tatapan mata dari arah jendela, wajah pualam dengan kerudung cokelat menyikap korden membersihkan jendela. Ia tersenyum sendiri saat teringat kejadian itu, di ambilnya buku dan pena yang ada di samping, sembari mengingat kejadian silam ia pun menulis.


“Dengan tulisan jelek selama 7 tahun lebih aku telah tuliskan ribuan lebih kata-kata indah, melahirkan sajak-sajak cinta yang tak dapat dipahami, kecuali oleh orang-orang yang mempunyai ilmu seni cinta. Mungkin nanti, entah esok atau kapan, tulisan jelekku mungkin akan menjadi pembungkus nasi bahkan tempe atau menjadi sampah yang akhirnya dibuang.

Tak sempat aku tundukkan pandangan saat aku tatap wajahmu dari ujung gubukku. Aku lempar senyum dan kau membalas, hanya mata yang berbicara saat aku melihatmu diam-diam, mulut tak mampu mengungkap makna yang terpendam dalam hati yang terdalam.

Hati kecilku mengatakan, “percuma kebal senjata bila hanya karena cinta aku tak berdaya”. Aku tak butuh hiburan, aku tak butuh penyemangat, aku tak butuh mental, yang ku butuhkan adalah prisai hati agar aku tak mempan disakiti.

Andai saja waktu itu ku tundukkan pandangan ku, mungkin aku takkan terjatuh dalam perangkap cinta. Semua ini adalah kecelakaan dan bukan kesengajaan. Aku terluka parah karena cinta, sedangkan obat penawar lukaku adalah dirimu, tapi sampai saat ini aku hanya mampu diam dan bisu untuk mengobati luka ku dengan mengungkapkan perasaan cinta itu.

Tujuh tahun telah berlalu, aku sepi tanpamu. Aku sangat sadar bahwa terlalu tinggi dan terlalu jauh bagiku tuk berfikir bisa melewati hari-hariku bersamamu, apalagi memilikimu dan membahagiakanmu. Aku merasa, di hadapanmu aku hanyalah rumput kering yang tak berguna dan hanya akan mengotori taman kehidupanmu.

Maafkan aku yang telah menjadi pungguk merindukan bulan bagimu, aku hanya ingin kau tahu akan perasaanku ini. Aku tak begitu berharap kau akan menyambut cintaku, karena ku takut aku kan menjadi hijab yang menyatir kenikmatan beribadah dan membuat ke-alphaan dalam indah masa-masa beribadahmu pada-Nya.”

“Huft….., sampai kapan aku kan menulis seperti ini, jemariku sudah cape’ sekali menulis jutaan kata-kata cinta untukmu. Jendela itu tak pernah terbuka lagi olehmu, dimana gerangan dirimu?”

Di serutnya kopi yang sudah tampak mendingin di atas meja, di sulutnya rokok yang telah mati, kembali ia terlarut dalam pandangan menatap jendela seberang.

“Pagi yang selalu saja terulang.”, desahnya perlahan.

Diraihnya kembali buku dan pena yang tergeletak di atas meja, ia melanjutkan tulisan di atas buku yang telah kusam mencokelat.

“Tujuh tahun telah berlalu, hari-hari ku lalui dengan menatap jendelamu. Perasaan baru kemarin aku melihatmu di jendela membersihkan kaca dan tersenyum teduh, perasaan baru kemarin aku merasakan hangat bahagia melihat senyummu.

Pagi ini bersama laju roda berputar, di temani kabut pagi dan sedikit cahaya matahari yang tampak malu di balik awan, butiran huruf kembali tertulis bersama ukiran kenangan dan langkah waktu berjalan. Tak pernah aku paham akan keberadaanmu, kau selalu hadir dalam fikirku tanpa ku sadari kau telah menjadi bagian dalam anganku, berjuta-juta kata syair tertuang dalam catatan yang telah kusam ini, lembar demi lembar terukir kisah tentang mu. Di balik semua ini hanya satu harapku. Pada-Nya ku memohon kau kembali membuka jendela itu.”

Ditutupnya buku kusam itu dengan desahan panjang. Kembali ia menatap jendela biru seberang bersama hisapan rokok dan secangkir kopi yang sudah dingin.

Hampir sempurna matahari menyapa bumi, langit kembali menangis menemani paginya. Dawai kicauan burung tergantikan dengan rintik hujan, kabut hilang berganti deru angin tenang. Di pojok sana daun talas menahan guyuran hujan, rintik-rintik huja menghiasi kolam dengan gelombang-gelombang beruntun.

“Hahaha… matahari yang telah hilang…akankah kau kembali menyinari hari-hariku?”, tawanya sambil bermain hujan dengan tangan di depan teras gubuk.

“Tin…tin….”, suara klakson mobil kijang berhenti di depan rumah seberang, dilihatnya wanita berpayung dengan ibunya keluar dari mobil.



Ms. D.
Al-asy’, 220611

Aku Tak Pernah Membacanya....

sekilas kisah...
ku tulis sebuah cerita tentang alur hidupku
yang aku sendiri pernah menjalaninya
aku tak pernah membacanya...
jalan hidupku selalu saja ku abadikan dalam setiap coretan sajak yang indah
dalam kata-kata puitis...
aku tak pernah membacanya...
ada kalanya aku menangis merasakan gundah
atau derita...
ku goreskan semua itu dalam catatan kisahku...
dan aku tak pernah membacanya
kata demi kata selalu terjadi dalam hidupku
dimulai dari huruf yang konsonan
sampai pada huruf yang paling penting dalam setiap abjad
yaitu huruf vokal.....
adakalanya membentuk kalimat yang indah
dan tak jarang membentuk kalimat cela...
aku tak pernah membacanya....


bagaimana aku dapat membaca...?
karena aku hanya dapat menulis...
jangan kau kira setiap orang yang pandai menulis
ia akan pandai membaca...
kisah hidupku selalu saja tertulis dan tertulis...
ingin sekali aku membacanya...
tetapi tulisan itu selalu menambah disaat aku hendak membaca...
aku tak pernah membacanya...
aku hanya bisa menulis kehidupan...
tanpa bisa membacanya.......

al-asy', 24042011

Jangan Sadarkan Aku Dari Bermimpi

dari hari ke hari...
dari waktu ke waktu...
aku masih bermimpi...


dari sini aku bernyanyi...
dari sini aku bercita-cita...
dari sini aku berduka...
dari sini aku rasakan bahagia...

bermimpi...
hanya itu yang dapat membuat ku bertahan
tanpa mimpi...
siapalah aku...?
jadi apalah aku...?
jangan kau sadarkan aku dari mimpi...
dari mimpi yang tak pernah terbeli...
al-asy', 23042011

Kata Penyair

entah apa lagi yang bercokol menempati kepalaku
setiap detik selalu saja berfikir ini dan itu
tanpa ku sadari banyak sekali yang harus difikirkan...
sedetik aku ingin melakukan itu...
sedetik lagi aku ingin melakukan ini..
halaaaah....

mengapa aku seperti itu....
aku pernah mendengar penyair melantunkan syairnya...
"keinginan adalah sumber penderitaan..."
ku bertanya pada hati ini..
"keinginan yang bagaimana itu...?
"keinginan yang seperti apa...?
sendiri aku kembali berfikir
menghisab sari dari sajak yang dilantunkan penyair
"keinginan adalah sumber penderitaan"
al-asy', 23042011

Aku Malu pada-Mu

yaa tuhan ku...
aku mengaku hamba-Mu tetapi aku tak mau menghamba saat lima waktu-Mu
pantaskah aku menjadi hamba-Mu?

yaa tuhan ku...
dalam setiap kesusahan ku selalu mengeluh pada-Mu
tetapi dikala senang nama-Mu menghilang dalam kebahagianku
pantaskah aku merasakan kesenangan dalam bahagiaku?

yaa tuhan ku...
dalam derap langkah gontai aku selalu mencari jawaban atas itu...
pantaskah aku bertanya?
masih banyak yang mau ku tanyakan...
melihat diriku yang seperti ini
aku malu pada-Mu yang sangat mengasihi ku...
aku malu dengan segala kemurahan-Mu...

tiap kali aku mengucapkan
"inna sholaati.. wanusuki..wa mahyayaa... wamamaati... lillahi robbil'aalamiin..."
tak ada yang lain dalam fikirku selain aku telah berdusta pada-Mu...
karena ku tak bisa pasrah seluruhnya pada-Mu


tiap kali aku beristighfar
"astaghfirullah hal'adzhiim...."
tiada yang lain dalam fikirku selain aku sering mendustakan-Mu
aku telah meminta maaf pada-Mu...
tetapi ku terus mengulangi salahku....

yaa tuhan ku...
aku tak tahu lagi harus bagaimana terhadap-Mu...
aku takut menyakiti Mu lagi dengan semua itu....
yaa tuhan ku....
melihat diriku yang seperti ini
aku malu pada-Mu yang sangat mengasihi ku...
aku malu dengan segala kemurahan-Mu...
yaa tuhan ku...
aku malu pada-Mu...

al-asy', 23042011

Kita Sama-sama Tahu

kau telah tahu karena kau mengetahui
jika kau tak tahu
itu mungkin karena kau tak mengetahui
atau tak mau tahu


aku tahu karena aku diberi tahu
jika ku tak tahu
itu mungkin karena ku tak diberi tahu
atau sengaja tak mau diberi tahu

aku dan kau sama-sama tahu...
kau dan aku sama-sama diberi tahu...
aku dan kau sama-sama memberi tahu...
tetapi kau tak pernah mau tahu saat kami memberi tahu
hanya omongan yang kau hamburkan untuk memberi tahu
dan kami muak dengan semua pemberitahuan yang hanya omongan...

al-asy', 23042011

Jumat, 17 Juni 2011

Aku di Tengah Dinding Mustajab-Mu

alangkah indah jika hari ini dapat mengukir sejarah...
dawai yang selalu mengiringi setiap langkah
menjadi parau dalam koyak nadi yang semakin melemah...


lembutnya tak terdengar lagi...
merdunya sudah tak berdendang me-ritme
sembilu terus saja mengikat di hati...
semenanjung biru pucat tak mampu lagi menggambar paras...
dari detik yang terus mengalir berpacu membentuk masa...
ku dapati diriku dalam kehinaan di tengah dinding mustajab-Mu
aku telah kehilangan aku dalam diriku...
kembali ku tersungkur dalam setiap sujud kepada-Mu
dan ku hanya bisa meminta tanpa Kau tanya mengapa?
dengan linangan air mata yang telah mengeras di hati
ku dapati diriku dalam kehinaan di tengah dinding mustajab-Mu

al-asy', 23042011

Kau Dan Anganku

tak pernah aku paham akan keberadaanmu...
kau selalu hadir dalam fikirku...
tanpa ku sadari kau telah menjadi bagian dalam anganku
beribu-ribu syair tertuang dalam catatan harian yang telah kusam


lembar demi lembar...
terukir kisah tentang mu...
di balik semua itu hanya satu harapku...
pada-Nya ku memohon...

al-asy', 23042011

Senin, 13 Juni 2011

Sajak Tentang Kau dan Aku

lihatlah aku....
dalam gontaian hati merasa sepi
ku tulis sajak-sajak yang tak pernah mempunyai arti
hanya mereka yang mengetahui perasaan yang dapat mengerti
sajak ini seharusnya tak pernah ada...
karena dirimu...
aku telah melahirkannya


tulisanku adalah keberulangan ritme yang terus berulang dalam ulangan hidup...
kau mungkin pernah dengar kata ini
dan kau mungkin pernah menulis kata itu...
dalam intonasi yang berbeda...
kau mungkin juga pernah membaca dengan cara ini...
atau kau mungkin pernah membaca dengan cara itu...

lihatlah aku....
bergerak gontai hati dirasa nestapa
di puing-puing semenanjung harapan
aku tak bisa lagi bermimpi...
hanya sajak ini yang mewakili semua cita-cita...
hanya ini yang dapat bernyanyi....

kau mengerti masa depan...
tapi kau takkan menjadi masa depan...
karena kau akan ada di masa depan...

kau mengerti masalalu...
tapi kau kan menjadi masalalu...
karena kau telah melewati masalalu...

lihatlah aku....

al-asy', 22042011

Hati Yang Berbicara


kau menyapaku dalam diam
dalam semua kendali yang terberai mati
sempurna sajak yang terlontar dari kata menjadi cinta
sejuk yang terasa....
indah dalam waktunya....
pertemuan singkat yang memahat...
walau raga tak pernah melihat...
hati telah berbicara...

al-asy', 21042011

Minggu, 12 Juni 2011

Menanti Mentari

jumpamu saat pagi menjelang siang
dalam gumpalan hati yang merasa bimbang
terus ku pacu degupan jantung yang merasa awas
berasa saat siang datang...
kau datang penuh kecantikan menyapa salam ukhuwah
berharap akan menjadi sebuah petualangan baru dalam kamus pertemanan
teduh dari setiap kalimat yang keluar...
terasa sejuk menyapa hati yang terus diredam petaka cinta...
dawai mengalun lambat menusuk dalam harapan...
aaah... kau jauh di seberang....
malam bergegas datang dengan segala kekelaman...
berharap ini hanya impian....
dalam lamun ku....
ku menanti mentari datang membangunkan aku dari mimpi panjang.....


al-asy', 21042011

Tiada


tiada hal yang dapat ku buat tuk membahagiakanmu
tiada rupa yang dapat ku persembahkan tuk menyambutmu
tiada diri yang dapat ku hadapkan tuk menatapmu
tiada harga yang dapat ku bayar tuk semua jerihmu...
tiada...
dan tiada lagi....
takkan pernah ada....
al-asy',20042011

Jangan Tanya Lagi


jangan kau tanya keadaanku yang bagaimana
tanyakanlah pikiranmu yang entah mengapa...
jangan kau tanya mengapa aku seperti ini
tanyakanlah mengapa kau seperti itu...
jangan tanya aku berbuat ini
tanyakanlah mengapa kau berbuat itu...
jangan tanya mengapa aku mati...
tanyakanlah mengapa nurani kau pergi...
jangan tanya lagi....
tanyalah pada diri sendiri...

al-asy', 20042011

Jumat, 10 Juni 2011

Semoga Kau Dapat Memaafkan

maaf sayang...
hari ini ku tak dapat lagi tertawa
usah kau paksa aku untuk tertawa
sebab tawa tiada lagi berguna...

maaf sayang...
hari ini aku tak dapat lagi menemanimu
usah kau harapkan aku tuk datang
karena hari itu kan datang...

maaf sayang...
hari ini ku tak dapat lagi menyapa
usah kau tanya mengapa
tanyakanlah bagaimana.....

maaf sayang...
maafkan semua yang telah terlewati
semoga kau bisa memaafkan...

al-asy', 20042011

Sketsa Pandangan Meredup


selalu mengacau laju hayalan...
hadir dalam sekejap dan hilang begitu saja...
dingin menghampiri...
panas saat pergi...
sketsa pandangan meredup
berharap tak ada yang abadi
semua dirasa fana tanpa hati
mengalah dan mati....

wonosobo, 12042011

Sekilas Tentang Perjalanku



hidup ku adalah keberulangan rithme yang tak pernah sama
dalam lelah..bahagia..menangis..
semua terpatri dalam sanubari yang melekat erat mengiringi..
setiap detik aku berfikir..
“seribu langkah perjalanan kaki ku dimulai dari langkah ku yang pertama.
Jika ku ingin langkah ke seribu ku berujung indah,
aku harus melangkahkan kaki pertama ku dengan baik.”
begitu juga jalan kehidupan ku..
jika ku ingin melangkahkan perjalanan hidup q berujung indah..
aku harus mengawali langkah kehidupan ku dengan sebaik-baiknya...

memang perjalanan tak selamanya lancar..
dalam jalan yang lurus mobil pun bisa berhenti pecah ban atau mesinnya rusak..
aliran sungai yang mengalir airnya suatu saat tak dapat lagi mengalirkan airnya sebab banyaknya endapan lumpur dalam sungai itu dan hilang..
dalam cerah langit dalam beberapa saat bisa berubah hujan atau mungkin badai...
begitu juga perjalanan hidupku...
tak beda ubahnya seperti yang terkandung dalam kehidupan lain

dalam detik perenunganku...
aku juga sempat berfikir...
bahwa semua itu adalah hiasan hidup agar tak selalu monoton
dengan langkah yang baik.. di tengah perjalanan mendapat sambutan badai..
dan ujung perjalanan adalah tergantung bagaimana kita mengatasi badai tersebut..

ku melangkah dari langkah kaki yang pertama...
dan berhenti pada langkah kaki yang terakhir...
hidupku adalah langkah perjalanan yang panjang.....

apakah akhir perjalananku kan berakhir dengan pijakkan kaki terakhir yang indah..
atau kan berakhir dengan pijakkan kaki akhir penyesalan
semua tergantung bagaimana aku “berjalan” dalam langkahku

wonosobo, 09042011

Kamis, 09 Juni 2011

Sajak Tuk Kalibeber

“Ah......
Sejuk sekali hawa di sini, mengingatkan ku akan masa-masa silam yang telah lalu,
terdiam saat semua berbicara...
angin...
daun...
gemercik air..
debu...
kabut...
gunung...
dan hawa dingin...
menjadi satu dalam sejuk wajah-Nya

wonosobo, 04042011

Dirimu Dalam Sketsa Ku

Seperti pualam, yang tersinari cahaya mentari
Seperti gunung kapur, disaat fajar merekah
Seperti angin, berhembus semilir sejuk
Seperti tumbuhan, berjalan tinggi menumbuh
Seperti air, berjalan bermuara
Seperti langit, biru dengan pantulan samudra
Seperti awan, berarak dengan lembutnya
Seperti hujan, ramai menangisi bumi
Seperti pelangi, datang seusai badai
Seperti kabut menyelimuti pandangan
Seperti malam, terdiam dengan kesunyian
Seperti rembulan, ranum berbias cahaya
Seperti bintang, kemerlip berkedip malu
Seperti dingin, merasuk menusuk sum-sum
Seperti pagi, dengan suryanya di ufuk timur
Seperti waktu, berputar memimpin pilihan
Seperti senja, dengan mega merah peralihan
Apakah Kau tercipta untukku…???

Wonosobo, 271010

Apakah Sama....?


Senyummu manis….
Semanis senyummu dalam foto itu
Lakumu lugu….
Seindah lakumu dalam foto itu
Wajahmu ayu….
Bersinar seperti dalam foto itu
Tapi……
Apakah sama hati dan dirimu……?
Seperti dalam foto itu……?

Bantul, 180410

Senin, 06 Juni 2011

Tak Hadir Dalam Gelap


Kedip yang kau endapkan dalam kelamku…
Malam ini tak pernah datang
Entah bersembunyi di balik awan…
Entah tertutup kabut malam….
Kau tak pernah datang…
Bias cahaya yang kemerlap
Tak hadir dalam gelap
Mengintip pun entah….
Jauh dari hari-hari lampau ku….
Kau tampak lebih indah…..

Jendela kenangan, 040610

Sebuah Kecelakaan

Halus gemulai kau tampilkan sikapmu
Dari balik krudung yang kau sikap wajahmu….
Anggun langkahmu……
Menggores di fikirku saat pertama ku melihatmu…
Lembut suaramu….
Melantunkan irama dawai yang merdu dalam gendang telingaku
Teduh kau tatap aku…
Mungkin sebuah kecelakaan…
Bukan ketidak sengajaan…
Dua mata beradu di balik dua kacamata
Saling tertunduk dan kaku….
Maaf….
Bila setiap waktuku…
Ku hadirkan bayangmu dalam fikirku
Karena aku …
Takkan bisa menghapus lukismu dari otakku
Wahai bidadari……

Jendela kenangan, 030610

Jumat, 03 Juni 2011

Nyeri Yang Hilang

Jauh sudah aku melangkah
Dari satu titik mencari garis…
Di tengah pencarianku
Aku mengingat… mencatat…. Membayang….
Lelah di perjalanan tak pernah ku rasa
Saat kau selalu hadir dalam bayang
Tapi entah……
Setiap melihatmu…. Nyeri itu hilang…
Menjadi sakit yang mendalam….

Jendela kenangan, 020610

Bidadari Surgaku

Senyummu tak terbayang dalam hariku
Wajahmu yang kata orang cantik
Tak pernah terulas dalam sketsa hatiku
Sikapmu yang lugu…
Tak tersuguh dalam belaian mimpiku
Pandangmu yang teduh…
Tak pernah terlihat dalam pendangan mataku
Indah tubuhmu…
Jalanmu yang semampai…
Tak pernah terjamah oleh tanganku
Tapi….
Cintamu hadir di setiap pori-pori darahku…
Melekat dalam hati terdalamku…


Room, 020610

Aku dan Malam


Pekat kau suguh padaku…
Aku sama sepertimu
Dalam waktuku aku mengiringimu
Dan kau membimbingku…
Kau memberiku banyak inspirasi
Dan aku menuang idemu…..
Pekat kau suguh padaku…
Meski tak bersama rembulan
Kau tetap datang padaku
Membelaiku menulis kata
Menyoretkan tinta hitam pada selembar kertas…
Pekat kau suguh padaku…
Dalam larut kau peluk aku dengan dinginmu
Dan kita sama……
Ku mengiringimu….
Dan kau membimbingku……

Jendela kenangan, 010610

Maaf Mu

Sepanjang waktu aku melangkah
Jauh kaki terseok mengikis tanah…
Aku lelah…..
Menanti harap kau akan datang…
Hingga mentari dalam hati menggelap
Meredup tertutup awan ketidak percayaan…
Bintang dalam hatiku pun telah padam
Lelah menanti harapan…
Percayaku padamu telah hilang
Hingga suatu hari ku lihat kau di pingir kota
Dan kau berkata
…………
Maaf………


Jendela kenangan, 310510

Catatan Dirimu

Semilir kau sapa aku
Dari ujung tampak kau sedang menari
Pekatmu menyatir setiap cahaya
Menutup senyum rembulan tanggal 15
Berpindah dari waktu ke waktu
Menabur hawa mistis yang merindu
Tak pernah ku
tatap kau di lain sisi
Menyentuh pun entah……
Kini kau hadir dengan pekatmu
Membawa rindu yang menyatu…
Melekat dalam episode hidupku……

Jendela kenangan, 300510

Sketsa Keinginan

Ditempa dari buaian
Gemericik perlahan kau dendangkan
Dari dawai indah yang mengawang…
Lembut bersahabat di setiap malam
Dalam sunyi lagumu menayanyi
Melantunkan derai kesepian…
Perlahan…
Tak jauh dari angan memutar fikiran
Melihat masa-masa silam…
Dalam redup dan terang
Meniti masa depan…


Jendela kenangan, 280510

Kamis, 02 Juni 2011

Maaf di Akhir

Satu waktu telah berlalu
Memahat duka yang menimbun lara
Berganti jarum yang terus berputar
Mengitar matahari pada bumi
Melentera rembulan dalam kelam malam
Terus berganti hari demi hari…
Pahatkan duka tak pernah sembuh
Hilangpun entah…
Menyayat di setiap detak jantung
Mengiris di setiap hembusan nafas…
Untuk hari dan tahun kemarin yang hilang….
Maaf……

Jendela kenangan, 280510

Hati Yang Mati

Dari bilik aku menatap
Samar merindu ku lihat parasmu
Serabut awan kelam perlahan berjalan membias wajahmu
Tak seperti hari-hari dulu saat kau cerah tertawa
Pucat kau suguh hari ini….
Sama bias dengan daging gumpal ku…
Yang merasa aku ada…

Jendela kenangan, 280510

Bahagia yang Hilang

Kembali larut dalam sepi…
Baru kemaren aku memahat keindahan hari….
Pagi ini telah sirna…
Bersama laju roda berputar
Dan butiran huruf yang tertulis…
Bersama ukiran kenangan
Dan langkah kaki berjalan…
Bersama sebuah impian
Dan keindahan mendatang…..
Dalam hujan, 080610

Bidadari yang dimiliki

Ku tatap dari kejauhan bidadari yang tampak di antara dua mobil
Putih sayu wajah terlihat oleh mata yang tak sempat berkedip
Perlahan tapi pasti….
Terus ku tatap dengan desiran hati yang tak menentu
Mengalir angin sejuk di antara wajah yang menatap…
Ia melihat ku…
Ku rundukkan tubuh ku tuk menyapa malu
Ia pun membalas dengan rundukan dan senyuman yang sama…
Ooohh…….
Begitu indah dan membuat desiran hati bergetar heboh
Ia membalas dengan laku yang begitu indah
Membuat ku tak tahan berdiri lantang
Dan kaki ku pun bergetar lemas…
Ia bidadari….
Bidadari………
Bidadari yang telah dimiliki…
Yang telah dimiliki……
Telah dimiliki……
Dimiliki……
Seorang Hamba yang pantas untuknya…..
Al-asy,26022011

Curhat Bersajak


Dengan tulisan jelek selama 1 bulan lebih aku telah tuliskan ribuan lebih kata-kata indah, melahirkan sajak-sajak cinta yang tak dapat dipahami, kecuali oleh orang-orang yang mempunayi ilmu seni cinta. Mungkin nanti, entah esok atau kapan, tulisan jelekku akan menjadi pembungkus nasi bahkan roti dan akhirnya dibuang.


Tak sempat aku tundukkan pandangan saat aku tatap gadis diwaktu berjalan. Aku lempar senyum dan dia membalas, hanya mata yang berbicara saat aku melihatnya diam-diam, mulut tak mampu mengungkap makna yang terpendam dalam hati yang terdalam.
Bagaimana aku harus mengungkapkan sebab dan rasa cintaku padanya? bila ini semua bukan kesengajaan tetapi kecelakaan.?
Andai saja waktu itu ku tundukkan pandangan ku, mungkin aku takkan terjatuh dalam perangkap cinta, semua ini adalah kecelakaan dan bukan kesengajaan. Aku terluka parah karena cinta, sedangkan obat penawar lukaku adalah dirinya yang ku cinta, tapi sampai saat ini aku hanya mampu diam dam bisu untuk mengobati luka ku dengan mengungkapkan perasaan cinta padanya.
Percuma kebal senjata bila hanya karena cinta aku tak berdaya. Aku tak butuh hiburan, aku tak butuh penyemangat, aku tak butuh mental, yang ku butuhkan adalah prisai hati agar aku tak mempan disakiti.
Ku lampiaskan segala kerusuhan hati dengan kepulan asap rokok dan secangkir kopi. Aku menikmati hidup ini seolah hidup di surga. Tapi, semua itu tak bisa menepis rasa cintaku padanya.
Aku sangat sadar bahwa terlalu tinggi dan terlalu jauh bagiku tuk berfikir bisa melewati hari-hariku bersamanya, apalagi memilikinya dan membahagiakannya. Aku merasa, di hadapannya aku hanyalah rumput kering yang tak berguna dan hanya akan mengotori kehidupannya jika ia mendekatiku dan bersamaku.
Mencintainya adalah kesalahan terbesar dalam hidupku, karena aku tak ada apa-apanya dibandingkan dirinya.
Mungkin benar kemarin aku mencintainya sebagai seorang teman, namun tidak menutup kemungkinan saat ini rasa itu berubah menjadi rasa cinta kepada seorang kekasih. Aku dapat melihat hal itu pada diriku, dari kecelakaan pada waktu.
Maafkan aku yang telah menjadi pungguk merindukan bulan baginya, aku hanya ingin dia tahu akan perasaanku ini. Aku tak begitu berharap dia kan menyambut cintaku, karena ku takut aku kan menjadi hijab yang menyatir kenikmatan beribadah dan membuat ke-alphaan dalam indah masa-masa beribadahnya pada-Nya.