Selasa, 26 Juli 2011

Padahal Baru Tadi Pagi



dari sekian banyak hal yang terlewati
aku selalu memandang dan melihat
mengamati dan mengambil ibroh...
detik ke detik berlalu dalam waktu
menghitung nadi ku tentang umurku di dunia
sekejap ku hidup di bumi terukur dalam detik akherat
aaaahhhh...
cepat sekali hidup ini...
bayanganku mengingatkan aku baru saja lahir kemaren...
tapi umurku telah menggerogoti usia ku yang terasa kini
pagi yang baru saja menerbitkan mentari
kini telah menyajikan senja dengan sunsetnya
mega merah itu bukanlah mega merah yang tadi pagi...
mentari itu juga bukanlah sang surya tadi pagi....
aaaaaahhhh...
nafas ini bukanlah nafas yang kemaren...
begitupun waktu ini...
bukanlah waktu yang kemaren...
bahkan waktu esok belum tentu menjadi waktu kita...
adakah yang berani menjamin umur ini sampai esok...?
aaaaaahhhh...
cepat sekali senja datang...
padahal mentari baru tadi pagi tersenyum di antara kabut lembut

al-asy', 06052011

Senin, 25 Juli 2011

Nada Sedih

hei..... lihatlah.....
langit menangis pagi ini...
di tengah panas yang melanda dua hari terakhir
ia menangis sekarang
setelah melewati malam yang kelam
pohon nangka di depan kamar ku tampak basah
kabut di sana pun telah menutup bukit
adakah hujan di hati ini hilang...?
bersama hilangnya tangisan langit
ku ingin kabut dalam hatiku
menutupi segala nada sedih
                  
al-asy', 05052011

Sabtu, 23 Juli 2011

Entah Apa yang Ku Perbuat

ku lihat malam dalam temaram lampu jalanan
menghitung gemintang berkedip malu
berjejer rembulan bundar menerawang
berbayang mega kelam meredup kabut
begitu banyak hal yang masih tertunda
andai sehari lagi usia di dunia ini...
entah apa yang dapat ku lakukan tuk menggenap keterkosongan
detik-detik terlewati dan hari yang berlalu
tak dapat diputar beriring waktu sehari yang kan datang
di usia pagi bunga dapat layu tanpa hujan kelembutan
di usia senja mentari dimakan malam bersama hujan penyesalan
begitu banyak hal yang masih tertunda
tak sempat damai berkuasa bermandikan hujan
andai sehari lagi umur di dunia ini
entah apa yang dapat ku perbuat
mengisi keterkosongan waktu yang selang berlalu
begitu banyak hal yang masih tetunda
hujan tak kunjung datang membawa kesejukkan

al-asy', 11052011


Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis

Poetry Hujan: Hujan dan Bumi Pertiwi

senja itu kala dua anak bermain gundu
bertentang antara kesadaran dengan nurani
bulatan emosi tergambar dari setiap klereng
lubang menanti sebuah waktu yang berjalan
jemari tangan menggenggam adakalanya merenggang
menembak lawan dengan satu putaran dan sekali pukulan
teriak kekalahan dan kemenangan bersorak dari dada terdalam
penuh dengan keikhlasan dan tangisan
adakalanya kemarahan merajai dan membabi
ada apa ini?
di bumi pertiwi hujan menyapa tubuh negeri
menangisi insan dengan segala penyesalan
saat mendung memahkotai bumi ibu pertiwi
hati masih tetap sunyi...
tergeletak mati dalam peraduan duniawi
dalam harga diri yang telah mati
(banyu biru, 23072011)

Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis

Sajak Kecil untuk Damar



damar...
kau tulis sajak ini...
dari setiap huruf dan menbentuk kata
dari kata kau rangkai kalimat
jadilah ini yang kata orang di sebut sya'ir
damar....
tak berarti tulisan mu ini
jikalau hati tak berpegang tongkat
kau banyak berkata cinta...
menulis do'a...
dan mencurhatkan dosa.....
hidupmu tertuang dalam sejuta relasi dalam tulisan ini
dalam sejuta puisi....
damar....
kau tahu Allah mu tidak buta
kau tau Allah mu tidak tuli
kau tahu Allah mu tidak berpaling barang sekejapan mata
berapa banyak tulisan yang kau tuangkan dalam kertas
tak mempunya arti tak berlandaskan relasi
kau hanya bisa menulis damar.....
damar...
sejuta karya tak mengubah hidupmu
sejuta kata tak menentukan jalanmu
kau tahu Allah mu...
tapi kau tak mengenalnya...
bagaimana kau mengenal-Nya
sedangkan kau tak mengenal dirimu sendiri...

al-asy', 04052011

Senin, 18 Juli 2011

Perasaan Baru Kemaren

perasan baru kemaren aku mendengar pendidikan di pentingkan
ketika rezim suharto dijatuhkan mahasiswa-mahasiswa revolusioner
suara itu seolah telah hilang dari hari-hari telingaku
tak ada bekas dalam hari pendidikan ini


perasaan baru kemaren Ki Hajar Dewantara
memenuhi telingaku dengan ajarannya
membuat bangsa Indonesia tahu ilmu dan pendidikan
seperti yang dikatakan Soekarno
"dia (Ki Hajar Dewantara) adalah bapak pendidikan bangsa Indonesia,
seandainya tak ada dia bangsa ini tak mungkin bisa seperti ini"
semboyan-nya yang membuncah dari lubuk hati yang memanas
"ing ngarsa sung tuladha
ing madya mangun karsa
tut wuri handayani"
begitu indah ajaran yang dipersembahkan tuk bangsa ini


persaan baru kemaren semboyan itu bergema
sudah puluhan tahun hal itu berlalu...
perasaan baru kemaren itu terbaca
terngiang dalam telinga
dan hati tak pernah mau mengembangkannya...
apalah arti hari pendidikan jikalau bangsa tak berpendidikan
berpendidikan ilmu... diri... dan hati....
kata-kata tak berarti tanpa adanya relasi....
aaaaahhhh......
persaan baru kemaren......

al-asy', 03052011

Lagi-lagi Kehidupan


indah larik mega merah seusai hujan menutup hari
di senja penantian di pinggir pantai
ku termenung dalam kepingan silam
semakin dekat tuntaskan kepergian
bawa sebentuk harap terbangun dari tidur panjang
bulan emas melingkar bundar di atas samudra
membentuk wajah di permukaan air
tenggelam dalam guncangan gelombang
menuntaskan semua deskripsi kehidupan...
oohh....
lagi-lagi kehidupan...
semua terasa fana di dalam dunia
tak ada yang nyata
tak ada yang sempurna....

al-asy', 02052011

Minggu, 17 Juli 2011

Asa


seringkali aku temukan dalam keramaian
tentang kehidupan yang tak pernah ku tahu
suara nada bergetar dalam langkah
melaju rintih di dalam genggaman
aaaahhhh.
entah apa lagi yang bercokol dalam benak yang tak tahu malu ini
selalu saja ingin mendongkrak asa bersuara
tapi diri masih terlalu hina
masih tenggelam dalam lumpur yang kotor
terperosok dalam setiap omongan
mati dalam kekakuan
dari sejuta belenggu jiwa yang mati

unsiq, 02052011

Bunga Tercinta


dengarlah...
wahai bunga yang ku cinta
dalam hujan aku terpana di kegelapan malam
di antara kabut rindu aku melamunkanmu
tersungkur di hamparan pelataran sajadah
dari setiap kata yang ku tulis
adalah kata cinta yang mendera...

dengarlah...
wahai bunga yang ku cinta
mega merah senja tadi menyapa ku
seolah-olah dia berkata kau merindukanku
deburan ombak mengiringiku
dengan tenang ia berbisik kau akan datang malam ini
dalam setiap mimpi yang tergambar dalam sketsa waktu
dengarlah...
wahai bunga yang ku cinta
di hamparan pasir aku terduduk
selalu dan selalu saja berfikir tentang kau
mata yang telah nanar tak mampu melihat jelas wajahmu
dalam temaram cinta yang tergambar
kau hadir hanya dalam angan
dalam sejuta bahkan milyaran harapan...

dengarlah...
wahai bunga yang ku cinta...
apalah harap jika amal kurang....
apalah mimpi jika api menghalangi....
mata yang telah nanar tak mampu melihat jelas wajahmu
dalam temaram cinta yang tergambar
kau hadir hanya dalam angan
dalam sejuta bahkan milyaran harapan...
al-asy', 01052011

Pemuda dan Harapan Hitam


di sudut penantian jalan yang terjamah
melangkah seorang pemuda dalam gontai
memandang sekitar kanan dan kiri
bibirnya terselip rumput
tampak menggendong tas berisi harapan
terseok dalam kelam
di peraduan senja yang semakin hitam

al-asy', 01052011

Jumat, 15 Juli 2011

Keabadian, Cinta, Taman Pertemuan


sayang...
malam ini aku masih berada di tengah waktu
dalam himpitan pertanyaan yang menghujamku
dari sudut mata yang terpana
sampai sudut hati yang merasa...
berjuta-juta kalimat tanya berjejal di otakku
aku tak tahu harus bagaimana
ingin ku jawab satu persatu pertanyaan itu
aku tak kuasa sayang...
di dalam milyaran kata yang tertuang
aku tak pernah menemukan maksud kehidupan yang nyata
aku mencari makna keabadian dalam hidup
aku tak pernah mendapatkannya
satu dari sekian makhluk yang bernyawa ku temui
tak dapat aku menemukan keabadian di dalamnya
ku beranjak dari nyawa menuju cinta
ku pelajari dari setiap kata yang tertuang
aku tak menemukannya...
ternyata persaanpun tak ada yang abadi...

sayang...
salah besar ku mengatakan aku cinta kau selamanya
ketika ruh ini telah hilang dari jasad yang kotor
maka cintaku cukup sampai disitu
aku tak bisa mencintaimu selamanya seperti apa yang ku katakan
tak ada jasad yang abadi
begitupun cinta...
cinta juga tak ada yang abadi...
tak ada cinta sejati sayang antara makhluk dan makhluk...

semua semu...
dari segala yang terbaca
hanya cinta tuhan kepada hamba-Nya yang sejati
tak usah kau menangis dengan keterbatasan cinta yang ku miliki sayang
sebab cinta kan menemukan masanya...
jangan menangis sayang...
simpan senyum mu dalam peraduan nanti...
bersama kita duduk dalam taman kerinduan...

al-asy', 01052011

Kamis, 14 Juli 2011

Kerinduan Masa Kecil


sejuk kau menyapa aku
dalam setiap langkah yang terpatri harapmu
ku lantang melangkah menepakkan kaki
bersandar dalam keinginan mu
merangkak dalam mengais ujung mimpi
memutar waktu yang telah berlalu
dari hidup masalalu mu
dalam sunyinya hari bersama senyuman mu
dan gelak tawa indah dari ku
hati menengok keluar jendela
masa depan yang kau gambarkan untuk ku
saat ku genggam ujung jarimu dengan tangan mungilku
aku tak pernah tau apa yang ada dalam fikirku
yang ada hanya tanya dan tanya ketidak tahuanku
aku tak dapat berkata
hanya menangis yang ku lontar agar kau tahu

ibu...
ku rindu masalalu kecilku bersamamu...
al-asy', 30042011

Pagiku Tentang Selembar Daun


baru saja matahari muncul mengintip dari balik awan
bunga tampak mengeringkan air yang menempel di tubuhnya
kabut mulai menyingkir dari jarak pandang
angin menyapa sepoi mengelus tubuh
ku buka mata melihat hari
detik ke detik yang terlewati menghitungku
seberapa lama waktu ku di bumi
waktu ku merasakan hidup di dunia...
daun jatuh dari tangkai pohon mangga yang masih tampak basah
terombang ambing dalam sepoi angin
melayang terbawa arus tanpa bisa mencegah
sampai jatuh di peraduannya
tergenang di atas kolam ikan yang bergelombang
dalam waktu yang tak bertepi
yang terus mengalir melaju tanpa henti

al-asy', 30042011

Selasa, 12 Juli 2011

Aku Tak Pernah Menulisnya


ku buka buku yang telah berdebu
sekian lama tersimpan dalam lemari
tak pernah ada tangan menjamah...
hari itu telah ku putuskan
dalam sejarah hidupku tak pernah ada tulisan lagi
walau hanya sekedar coretan
aku tak mempunyai kata-kata indah
dan aku tak pernah menulisnya
harapan itu berubah ketika istana biru bersemayam
menyapa dengan indah dari setiap sajak yang terbuang
hatiku terlena tak kuasa membalas setiap sajaknya

ku coret mulai dari huruf
membentuk kata dan kalimat
mereka bilang ini adalah sajak indah
padahal aku tak punya kata-kata indah
aku tak pernah menulisnya
aku menyampaikan maksud hati
bukan bersya'ir
dalam lunglai hari menyapa
aku tak mempunyai kata-kata indah
dan aku tak pernah menulisnya
al-asy', 29042011

Baru Tersadari


sudah lama aku di sini
menimba dan terus menggali
mengapa pagi ini aku baru menyadari
sejuknya kalam tak pernah aku temui
dalam relung pesisir hati tak pernah aku mengerti
hina diri tak pernah terselami
aku terpuruk dalam himpitan ilmu
dalam indahnya problema yang dikandungnya

al-asy', 29042011

Daun Jati dan Sesal

di pojok sana
di antara pepohonan hutan jati
daun muda jatuh dari tangkainya
menyiur terombang ambing angin
menjauh dari pohonnya...

aku heran...
mengapa daun muda yang jatuh dari tangkainya
mengapa bukan daun tua....?
daun mengalun tersapu angin sampai akhirnya jatuh ke tanah...
perlahan...
ku tatap daun muda dengan penasaran
ku dekap ia dalam kehangatan...
dengan linangan air mata yang tak mampu ku tahan
dengan guyuran gerimis di hati
aku melihat daun muda melayu dalam dekapanku
dalam kehangatan yang tertuang dalam dada

aku menangis...
hahaha...aku menangis
lihatlah aku
aku telah merusak daun muda dalam dekapanku
dan penyesalan selalu menghantui ku
penyesalan selalu menghantuiku
hahaha... aku menangisi penyesalan...

al-asy', 29042011

Puncak Abadi

aku berdiri di atas paku bumi


melihat langit di tengah-tengah kelabu awan
pandanganku melaju di antra kemelut jiwa
meratap silam yang tak pernah kembali...
di atas batu aku menginjakkan kaki
lantang memandang ke depan
jauh dari harapku
ku ingin mengulang masalalu


berada di puncak mimpi
di atas semua puncak gunung
berdiri di atas awan dengan pandangan lurus ke surya
bersinar bulat dengan mega merahnya
terbang di istana atas awan melihat puncak-puncak abadi...

al-asy', 28042011

Sepertiga Malamku

malam ini...
kerlip bintang menyapa ku malu
aku tak tahu apa yang ada di balik itu
setiap siang menepi
selalu saja ada satu bintang yang tampak bersinar terang
dikala kabut malam menyapa
di tengah himpitan dingin yang menusuk sum-sum
di balik kerudung kelam....
aku masih tetap bertanya
apa yang ada di balik malam...


sepertiga malam menemaniku
dalam sunyi yang menyapa
ku membaca malam lewat angin
tak kurasa sang bayu di sepertiga malam ini...
ku hisap rokok tuk menemani
memecah malam membaca kelam...
sebentar lagi malam menepi
walau sang bulan malas tuk pergi....
pagi terus kan datang mengganti sunyi
seribu harapku dalam sejuta anganku
dambakan malam terus berbintang
di balik kerudung kelam bersama kabut malam
aku terus membaca malam
tersungkur di hamparan tanah
tersujud memelas...
surya yang menanti pagi


tak pernah ku harap ia kan datang
sebab aku merindukan malam
kelam bersama cumbu merayu-Nya...
dalam tangisan sepertiga malam...
Tuhan tolong dengarkan
bisikan ku di sepertiga malam....
dalam kelamnya malam
dalam jiwa yang tenang...
al-asy', 28042011

Senin, 11 Juli 2011

Genggaman Mata


ketika tangan tak dapat lagi memegang
ketika kaki ini tak dapat lagi berjalan
ketika mulut tak dapat lagi bicara
aku hanya dapat tersenyum
melihat alam yang menyapa hangat dalam genggaman mata

al-asy', 28042011

Bidadari Istana Biru

hari ini ku berjalan lagi
dalam langkah yang berpijak
ku seret kaki yang mulai terasa lelah...
aku datang padamu
ketika pagi masih berkerudung kabut
ketika langit selesai menangisi bumi
ketika matahari malu bersembunyi di balik awan...
ketika kembang mawar masih terselimut embun


bidadari istana biru...
membayangkanmu tak pernah ada dalam setiap fikirku
gemulai tingkah halus darimu
tak pernah tersapa dalam sketsa hidupku...

semenanjung harapan masih terbentang dalam hatiku
berharap melangkah dalam sunyi
bersama kita jemput impian
dalam cinta lembut awan....

al-asy', 28042011

Minggu, 10 Juli 2011

Air Matamu Dalam Piringku

kawan....


dalam gelap kau hadir dalam fikirku
maafkan aku yang melupakan mu
setiap ku ada di meja makan
ku tak teringat harapmu dalam lapar
setiap satu suap nasi yang ku makan
sejuta tangismu dalam nasi ku
tangismu tertuang dalam gelas minumku
lalat yang berterbangan dari satu tubuh
ke tubuh mu yang lain...
adalah butiran nasi yang tersuguh dalam piringku...

kawan...
maafkan aku yang melupakanmu dalam bahagiaku
bukan maksud ku melalaikanmu
tapi sketsa mu memang tak pernah tergambar
dalam hari-hari ku
entah karena aku tak peduli...
atau karena hati ini telah mati....
maafkan aku...

al-asy', 28042011

Sabtu, 09 Juli 2011

Dari Sebuah Teman

Sajak Musafir: Do'a Ku Yang Berdo'a

Aku Bukan Milikmu Ibu

jangan menangis ibu...
tak perlu lagi kau mengisi kepergianku...
tiada guna kau menangisi ku
aku datang bukan karena qodrah mu....
aku ada bukan juga karena dirimu...
tak usah kau tanya mengapa ibu...

dan tak usah kau mengaku-aku aku milikmu
kau hanya tempat ku bersinggah dalam peraduanku
dan ayah hanya tempat benih yang di titipkan-Nya...
aku adalah milik-Nya..
bukan milikmu ibu...
tak usah kau mengaku-aku
kau dan ayah hanya wadah pencipta'anku...
jika bukan karena-Nya
apalah arti kau dan ayah seperti itu..?
jangan menangis ibu....
jangan pernah menangisiku...
aku adalah milik-Nya
dan kepada-Nya lah aku kembali
bukan padamu ibu....
jangan menangis ibu...

al-asy', 28042011

Do'a Ku Yang Berdo'a

kau tahu kawan....?
do'aku bukan sembarang do'a...
dalam do'aku terdapat do'a
do'a yang terus akan di do'akan...
dalam do'a yang terdapat do'a
masih ada do'a yang harus di do'akan...

aku mengucap istighfar...
tapi istighfarku perlu sepuluh istighfar lagi..
bahkan lebih dari itu..
sepuluh istighfarku butuh ratusan istighfar..
terus selanjutnya..
ratusan istighfarku
butuh sejuta istighfar lagi.....
kau tahu kawan....?
aku mengucap "astaghfirullahal'adzhiim...."
"mohon ampun aku pada Mu ya Allah yang Agung..."
kau tahu kawan...?
barusan aku memohon ampun pada-Nya...
aku telah memohon ampun...
tetapi permohonanku itu adalah DUSTA
aku telah memohon ampun pada-Nya
dan aku selalu mengulang kesalahan itu..
aku selalu mengulang dosa itu...

kau tahu kawan....?
do'aku bukan sembarang do'a...
dalam do'aku terdapat do'a
do'a yang terus akan di do'akan...
dalam do'aku terdapat do'a
do'a yang masih membutuhkan do'a...

al-asy', 28042011

Kamis, 07 Juli 2011

Yang Selalu Terindukan


tehentak dari buaian harapan silam
mengalun perlahan saat buku lama berdebu
ku buka lembar lagi perlembar
ku baca dari setiap kenangan
ku coret dalam sebuah untaian lantunan
irama sya'ir yang mendawai
deburan ombak menyapa hangat
dalam dekapan samudra yang luas
dalam teramat dalam....
ujung dunia seperti tampak bergaris
di kalungi sang surya yang mulai dimakan sang malam
istana harapan di penghujung siang
ketika surya mulai tenggelam....
yang selalu terindukan....

al-asy', 27042011

Tak Sekedar Kata


ini kata tak sekedar kata...
ini kata penuh dengan bahagia....
ini kata tak sekedar kata...
ini kata penuh dengan derita...
ini kata tak sekedar kata
ini kata penuh dalam sengsara...
ini kata tak sekedar kata...
ini kata penuh dalam harapan
ini kata tak sekedar kata...
ini kata penuh dengan suara...
ini kata tak sekedar kata...
ini kata penuh dengan cinta...
ini kata tak sekedar kata...
ini kata penuh dengan semu..
ini kata tak sekedar kata...
ini kata penuh dengan kaca...
yang selalu tak bisa tuk berkaca
tak bisa tuk di baca.....
ini kata tak sekedar kata...

al-asy', 27042011

Kisah di Ujung Timur


berdendang dengan semua harap
tari tubuh dari tangan melamban mengalun
mengikuti garis sinar mentari di ujung timur
mendekap perlahan memeluk bumi
memakan malam menjadi siang

al-asy', 27042011

Jalan Rasa


jauh jalan yang membagi rasa di hati
telah lama menumpukkan angan yang terus bercokol
menggerogoti waktu yang terus berjalan
memelas raga tuk terus berdiam
irama dawai di ujung pandang mengalun
beriring dendangan detak jantung yang berkatup lamban
terasa indah merindukanmu
terasa siksa membayangkanmu

al-asy', 27042011

Minggu, 03 Juli 2011

Kerudung Cintamu


ketika cinta telah menutup kerudungnya..
telah ku simpan senyum ini untukmu
takkan ku beri dengan yang lain
kan ku tulis dalam sajak bertajuk puisi dalam sepenggal prosa kehidupanku
hanya orang mengetahui cinta yang dapat membacanya
aku yakin kau takkan mengerti bahasaku
sebab cintamu telah menutup kerudung bakungnya
dan aku takkan pernah menemukan jawaban dari apa yang telah ditutupi kerudungmu..
sebab cintamu telah menutup kerudungnya

al-asy', 27042011

Unknown


terpuruk dalam hari-hari yang terasa sunyi
dalam sebuah inagurasi yang terbendung hasrat hati
di sini aku sendiri...
setiap malam menyambut masih mencari
entah kapan ini kan pergi
mengapa kau ciptakan kerinduan
kau membuatku tersia-siakan...

al-asy', 26042011

Dimana Dia....?

dimana dia....?


dia yang selalu hadir dalam fikirku
yang selalu hadir dalam catatan hidupku

di ufuk timur sang surya merekah...
ku cari ia di mega merah sunrise
aku tak menemukannya...



di ufuk barat yang memalam..
ku cari ia di senja dengan mega merahnya...
aku tak menemukannya...

di perjalanan hidupku mencari arti
ku cari ia dalam setiap langkah
aku tak menemukannya....
dimana dia...?
apakah ini kebodohanku yang mencarinya?
atau memang dia tak dapat ku cari?
dimana dia...?

al-asy', 26042011

Kamis, 30 Juni 2011

Dimana....?

pagi...
dimana kau sembunyikan mentariku?
mengapa kau tak datangkan dia untukku?
mengapa kau diam?

kabut...
dimana kau sembunyikan mentariku?
mengapa kau tak datangkan dia untukku?
kau selalu saja hadir dengan surammu
bosan aku melihat itu.....

dingin....
dimana kau sembunyikan mentariku?
mengapa kau tak datangkan dia untukku?
mengapa kau membisu?

langit...
dimana kau sembunyikan mentariku?
mengapa kau tak datangkan dia untukku?
mengapa kau menangis?

al-asy', 26042011

Hinaku di Dinding Rumah-Mu

entah bagaimana aku mengatakan ini...
ketika hati ini merasakan ada getaran-
dalam dinding-dinding Ilahiaah-Mu
aku terpuruk di bawah kehinaan;


hina yang teramat hina....
aku terantuk ketika nurani berkata
ketika nafsu bercokol mengusai raga dengan segala fatamorgananya
entah bagaimana aku mengatakan ini....
adakalanya hati berjalan di atas semua kendali

tetapi....
tak jarang nafsu berulang-ulang mengambil kekuasaan...
dan hati....
hati selalu terkalahkan oleh nafsu......
entah bagaimana aku mengatakan ini......
ada petuah yang mengatakan
"jagalah hati jangan kau nodai
jagalah hati cahaya ilahi"
aku beranggapan bukan hati yang harus dijaga
tetapi hati harus melawan...
hati harus melawan.....
harus melawan......
entah bagaimana aku mengatakan ini....
kau bertanya mengapa hati harus melawan...?
tanyalah pada tubuhmu yang dikuasai nafsu...
pada hati yang dikalahkannya...
hati harus melawan....
"lawanlah nafsu jangan kau turuti
lawanlah nafsu musuh dari nurani"

al-asy', 26042011

Dalam Firman-Nya

jarak pandang yang pendek membuatku bingung
padahal aku tinggal membuka mata untuk menjamah tubuhmu
tinggal ku belai setiap tubuh yang mulus itu
tinggal ku selami dalamnya dirimu untuk ku miliki
oooh... terasa indah saat ku membayangkan itu...
perlahan ku dekati kau dengan sikapku yang penasaran
ku belai mulai dari atas ke bawah perlahan...
ku buka bajumu..
saat itu ku paksakan nurani dan otakku tuk berani membelai
bercumbu ria dengan semua nafsuku untuk mendapatkanmu
untuk menguras habis apa yang telah diberi oleh-Nya...

dalam firman-Nya
ku paksa kau untuk ku masuki
kau terlalu sulit untuk ku miliki...
semua butuh proses...
perlembar ku baca kau...
ku pahami...
ku resapi...
begitu luas apa-apa yang terkandung dalam dirimu
tak sampai otakku menggapainya...

gedung baru, 24042011

Rabu, 22 Juni 2011

Matahari Yang Telah Hilang




Baru saja malam menepi menanti sang mentari, menanti kehangatan datang memberi pancaran cahaya kehidupan. Tapi, tuhan tak berpihak pada sang malam. Pagi yang cerah dinanti malam, tersatir awan mendung hitam karena langit baru saja menangis, kabut pagi pun menari di sela-sela intipan matahari yang bersinar sedikit malu-malu. Embun pagi dan bekas tetesan hujan masih melekat pada daun-daun hijau yang tampak basah.

Di pojok sana baru saja daun talas meneteskan air di atas kolam, membuat gelombang yang terus membesar dari sebuah titik kecil. Nyanyian burung terdengar merdu pagi ini, walau sedikit sedih tapi tetap terdengar merdu di antara kabut-kabut putih.

Di tengah teras sebuah gubuk yang berada di seberang langgar kecil, terduduk seorang pria di atas kursi. Matanya menatap ke arah jendela rumah berkorden biru yang menyimpan jutaan kenangan. Dalam hatinya selalu berharap akan ada orang yang membukanya tapi itu tak pernah terbuka. Tujuh tahun sudah hari-hari ia jalani dengan sendiri, setiap pagi menanti mentari sambil menatap jendela berkorden biru di seberang.

“Huffft……”, desahnya perlahan sambil mengeluarkan kepulan asap rokok. Ditemani secangkir kopi.

“Mengapa jendela itu masih tertutup ? Tak seorangpun yang membuka untuk menepis semua kerinduanku. Sampai kapan aku kan menunggu itu terbuka ?... huft….”, disruputnya kopi yang masih mengeluarkan kepulan asap panas di atas meja.

Di pagi dengan dinginnya terlintas bayangan indah saat dirinya melihat jendela biru seberang. Berawal dari sebuah tatapan mata dari arah jendela, wajah pualam dengan kerudung cokelat menyikap korden membersihkan jendela. Ia tersenyum sendiri saat teringat kejadian itu, di ambilnya buku dan pena yang ada di samping, sembari mengingat kejadian silam ia pun menulis.


“Dengan tulisan jelek selama 7 tahun lebih aku telah tuliskan ribuan lebih kata-kata indah, melahirkan sajak-sajak cinta yang tak dapat dipahami, kecuali oleh orang-orang yang mempunyai ilmu seni cinta. Mungkin nanti, entah esok atau kapan, tulisan jelekku mungkin akan menjadi pembungkus nasi bahkan tempe atau menjadi sampah yang akhirnya dibuang.

Tak sempat aku tundukkan pandangan saat aku tatap wajahmu dari ujung gubukku. Aku lempar senyum dan kau membalas, hanya mata yang berbicara saat aku melihatmu diam-diam, mulut tak mampu mengungkap makna yang terpendam dalam hati yang terdalam.

Hati kecilku mengatakan, “percuma kebal senjata bila hanya karena cinta aku tak berdaya”. Aku tak butuh hiburan, aku tak butuh penyemangat, aku tak butuh mental, yang ku butuhkan adalah prisai hati agar aku tak mempan disakiti.

Andai saja waktu itu ku tundukkan pandangan ku, mungkin aku takkan terjatuh dalam perangkap cinta. Semua ini adalah kecelakaan dan bukan kesengajaan. Aku terluka parah karena cinta, sedangkan obat penawar lukaku adalah dirimu, tapi sampai saat ini aku hanya mampu diam dan bisu untuk mengobati luka ku dengan mengungkapkan perasaan cinta itu.

Tujuh tahun telah berlalu, aku sepi tanpamu. Aku sangat sadar bahwa terlalu tinggi dan terlalu jauh bagiku tuk berfikir bisa melewati hari-hariku bersamamu, apalagi memilikimu dan membahagiakanmu. Aku merasa, di hadapanmu aku hanyalah rumput kering yang tak berguna dan hanya akan mengotori taman kehidupanmu.

Maafkan aku yang telah menjadi pungguk merindukan bulan bagimu, aku hanya ingin kau tahu akan perasaanku ini. Aku tak begitu berharap kau akan menyambut cintaku, karena ku takut aku kan menjadi hijab yang menyatir kenikmatan beribadah dan membuat ke-alphaan dalam indah masa-masa beribadahmu pada-Nya.”

“Huft….., sampai kapan aku kan menulis seperti ini, jemariku sudah cape’ sekali menulis jutaan kata-kata cinta untukmu. Jendela itu tak pernah terbuka lagi olehmu, dimana gerangan dirimu?”

Di serutnya kopi yang sudah tampak mendingin di atas meja, di sulutnya rokok yang telah mati, kembali ia terlarut dalam pandangan menatap jendela seberang.

“Pagi yang selalu saja terulang.”, desahnya perlahan.

Diraihnya kembali buku dan pena yang tergeletak di atas meja, ia melanjutkan tulisan di atas buku yang telah kusam mencokelat.

“Tujuh tahun telah berlalu, hari-hari ku lalui dengan menatap jendelamu. Perasaan baru kemarin aku melihatmu di jendela membersihkan kaca dan tersenyum teduh, perasaan baru kemarin aku merasakan hangat bahagia melihat senyummu.

Pagi ini bersama laju roda berputar, di temani kabut pagi dan sedikit cahaya matahari yang tampak malu di balik awan, butiran huruf kembali tertulis bersama ukiran kenangan dan langkah waktu berjalan. Tak pernah aku paham akan keberadaanmu, kau selalu hadir dalam fikirku tanpa ku sadari kau telah menjadi bagian dalam anganku, berjuta-juta kata syair tertuang dalam catatan yang telah kusam ini, lembar demi lembar terukir kisah tentang mu. Di balik semua ini hanya satu harapku. Pada-Nya ku memohon kau kembali membuka jendela itu.”

Ditutupnya buku kusam itu dengan desahan panjang. Kembali ia menatap jendela biru seberang bersama hisapan rokok dan secangkir kopi yang sudah dingin.

Hampir sempurna matahari menyapa bumi, langit kembali menangis menemani paginya. Dawai kicauan burung tergantikan dengan rintik hujan, kabut hilang berganti deru angin tenang. Di pojok sana daun talas menahan guyuran hujan, rintik-rintik huja menghiasi kolam dengan gelombang-gelombang beruntun.

“Hahaha… matahari yang telah hilang…akankah kau kembali menyinari hari-hariku?”, tawanya sambil bermain hujan dengan tangan di depan teras gubuk.

“Tin…tin….”, suara klakson mobil kijang berhenti di depan rumah seberang, dilihatnya wanita berpayung dengan ibunya keluar dari mobil.



Ms. D.
Al-asy’, 220611