Sabtu, 23 Juli 2011

Poetry Hujan: Hujan dan Bumi Pertiwi

senja itu kala dua anak bermain gundu
bertentang antara kesadaran dengan nurani
bulatan emosi tergambar dari setiap klereng
lubang menanti sebuah waktu yang berjalan
jemari tangan menggenggam adakalanya merenggang
menembak lawan dengan satu putaran dan sekali pukulan
teriak kekalahan dan kemenangan bersorak dari dada terdalam
penuh dengan keikhlasan dan tangisan
adakalanya kemarahan merajai dan membabi
ada apa ini?
di bumi pertiwi hujan menyapa tubuh negeri
menangisi insan dengan segala penyesalan
saat mendung memahkotai bumi ibu pertiwi
hati masih tetap sunyi...
tergeletak mati dalam peraduan duniawi
dalam harga diri yang telah mati
(banyu biru, 23072011)

Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis

2 komentar:

  1. terimakasih atas partisipasi sahabat dalam kuis poetry hujan...^^

    *kelereng mengingat masa kecil...

    BalasHapus
  2. makasih mb puteri amirilis.... semoga ini menjadi langkah yang menepak pada Ridho-Nya... aaaamiiin

    BalasHapus